Seperti malam-malam Ramadhan sebelumnya, tarawih merupakan kegiatan yang paling dirindukan oleh umat muslim di dunia. Dengan tarawih orang-orang bisa lebih dekat dan rukun, karena mungkin tetangga-tetangga kita yang jarang keluar rumah akhirnya merelakan diri keluar rumah untuk melaksanakan tarawih berjama'ah. Sungguh indah kerukunan yang tercipta.
Memasuki pertengahan Ramadhan, yang paling kami khawatirkan adalah berkurangnya jama'ah tarawih. Bahkan saat akhir Ramadhan pun bahkan jamaah tinggal satu baris. Menyedihkan memang, kebudayaan kita rupanya menganut sesuatu yg nikmat di awal saja. Maksud saya seperti makan es krim coklat. Pertama tama sedang semangat-semangatnya menjilat es krim tersebut karena masih banyak, rasa coklatnya pun masih kerasa karena pertama dicicip dilidah, lidah tak akan pernah berhenti karena takut es meleleh. Ikutan tren maksud saya disini. pada akhir cerita, es krim tersebut tinggal cup kerupuk nya. masih enak sih,tapi santai saja makannya, tak senikmat yang pertama. itu analogi menurut saya. hehehe.. Saya cuma berdoa semoga masyarakat kita semakin lama semakin mengerti agama, bukan hanya beragama.
Omong-omong tarawih, yang menjadi inti dari cerita ini sebenarnya aku ingin cerita suatu kejadian yang bisa dibilang lucu, yang aku alami bersama adek kost tercinta, Endang. waktu itu tarawih 4 - 4 atau delapan rokaat di masjid kecil di depan kost kami. Akhirnya kami salat di rumah depan masjid yang halamannya terbuka, dan menyatu dengan jama'ah lain. Kami beserta jama'ah lain salat di teras yang belakang kami tembok. Rupanya hari ini ada semacam pecahan asbes yang panjang, tidak terlalu lebar, berjumlah 2 -3 asbes di letakkan berdiri di dekat tembok, yaitu belakang kami. Atau tepatnya kita harus maju sedkit agar tidak menjatuhkan asbes ketika solat.
Nah, saat rokaat ke-tiga selesai sujud, berdirilah kami bersama. aku merasakan mukenaku nyangkut ujungnya di asbes tersebut. BRAKK!! asbes pun jatuh posisi tidur, mengenai kaki kami. Ya, hanya aku dan adek kost. yang lain pun mungkin kaget karena suaranya keras juga. Waduh, gawat, pikirku. Udah solat ga khusyuk, pikiranpun jadi macam2. Takut tak bisa duduk. Haha.. Kami pun agar maju sedikit. rupanya asbes tersebut masih tertumpu pada kaki kami. Aku dan Endang pun awalnya dari sedikit senyum jadi tertawa kecil. Menahan. huah.. merah sekali kurasakan mukaku. Allaahu akbar, sujudlah kami. Allaahu akbar.. Wuah, waduh, pie iki, dalam hatiku. asbes yang tadi menjatuhi kaki belakangku sekarang posisinya jadi bersender di betis. Akhirnya kamipun tak bisa duduk. hiahahhaa.. lengkap sudah penderitaanku. setengah duduk ceritanya. bisa gak dibayangkan, sodara sodara? hihihi.. sampai akhirnya tasyahud akhir dan salampun duduk kami masih nanggung. tak usah ditanyai apa yang kami lakukan saat rokaat ke-4 sepenuhnya, kami hanya tertawa, kadang smape nangis.. malu.. huhu.. selesailah salat kami. semua jama'ah menoleh kebelakang mencari tersangka yang dari tadi cekikikan. Merekapun melihat kami penuh kebencian. haha.. Kami beresi mukena & sajadah dan kami langsung pulang tanpa babibu lagi. Maluuu!
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar Anda, sopan, rapi, pake dasi #eh