Seusai terjadi erupsi terbesar merapi, kala itu malam jumat, ato kamis malam, 4 November 2010 sekitar pukul 23:00 - 01.30 dini hari, dimana terdengar jelas di Ring Road suara alarm polisi, yak, karena kostku berada dekat dengan stadion Maguwo yang menjadi tempat para pengungsi bertinggal, serta terdengar jelas suara hujan abu seperti suara gerimis yang begitu mencekam, esoknya aku tak mau beranjak pergi dari kamar kos. Pagi hari sekali bau belerang menyengat. Sudah bisa kupastikan diluar sana pasti penuh debu. terlihat jelas dikost semua genteng tetangga berwarna abu-abu. tak ada merah-ato-hijau seperti sebelumnya. akupun hanya bisa melongo dan stress sendiri memikirkan bagaimana orang yang rumahnya dekat dengan Merapi yha?
Selasa siang aku pulang ke kampung halaman, Nganjuk. Kalau saja ibu nggak menyuruhku pulang berkali-kali, akupun gak akan pulang pastinya. Hla wong aman, sudah tak ada lagi letusan kok, pikirku. Tak apalah, kapan lagi aku bisa pulang selagi ngerjain skripsi yagn banyak menyita waktu ini (skripsi tapi dolan, hehe). dan akhirnya pekerjaan pun kutinggalkan untuk sementara waktu.
Siang bolong kala itu aku mendapat telpon dari nomor aneh yang ternyata dari seorang teman facebook yang berada di Amerika (bukan amriki lho yaaa) yang menanyakan kabar dan meminta bantuan untuk memberikan sumbangan kepada korban merapi yang merupakan gabungan donatur teman-teman yang bekerja di Amrik sono. Mas Hari namanya. Uangnya nanti akan dikirim ke sodaranya yang ada di JOgja, nanti aku yang kesana untuk membantu menghabiskan (dihabiskan buat sumbangan maksudnyaaaa) :D
Acara dari pagi sampai sore itu alhamdulillah lancar. dengan 4 armada, yaitu 2 armada pickup untuk mengangkut beras 7 kwintal serta bahan makanan sebanyak 6,5 jutaan (hmm.. 1 pickup penuh). Sejak awal berencana bersih-bersih beberapa kebun, rumah atau jalan warga akhirnya tidak jadi karena hujan mengguyur duluan (hehe, asyik, ga jadi capek) xD. Bicara soal keadaan di desa tersebut, konon ternyata daerah Srumbung merupakan penghasil buah Salak terbesar se-Indonesia. tapi tragis karena pohon-pohon salak yang hanya bisa hidup di daerah pegunungan harus rusak oleh terjangan abu merapi. karena curah hujan yang tinggi pula akhirnya pohon tersebut harus tumbang karena tidka kuat menahan abu yang mengandung air (lumpur) di tiap dahan & daunnya. Beberapa sungai pun terlihat rusak serta banyak tanggul serta jembatan yang amblas diterjang lahar dingin Merapi. Namun sebagian besar masyarakat sudah kembali menunaikan aktivitasnya, kecuali untuk petani salak. Pemerintah pun ternyata sudah merencanakan untuk membiayai sebesar 1000 Rupiah per-tanaman kepada masyarakat yang membersihkan lahan salaknya sendiri.. :D
Alhamdulillah, Allah masih memberikan kepercayaan padaku lewat mas Hari. Terima kasih buat pak Sutikno dan keluarga, teman-teman yang membantu, mbak Yati (hehe), utamanya keluarga Boaz Excode, Pak Jiyo Amikom, Banu siaul, Aby yang imoet, Fian yang udah terlihat anak kelas 3 SMP, serta semua pihak yang terlibat.. *kayak pidato RT aja* Chayooo!!!
Perjalanan part 2 akan segera menyusul.. :D
Selasa siang aku pulang ke kampung halaman, Nganjuk. Kalau saja ibu nggak menyuruhku pulang berkali-kali, akupun gak akan pulang pastinya. Hla wong aman, sudah tak ada lagi letusan kok, pikirku. Tak apalah, kapan lagi aku bisa pulang selagi ngerjain skripsi yagn banyak menyita waktu ini (skripsi tapi dolan, hehe). dan akhirnya pekerjaan pun kutinggalkan untuk sementara waktu.
Siang bolong kala itu aku mendapat telpon dari nomor aneh yang ternyata dari seorang teman facebook yang berada di Amerika (bukan amriki lho yaaa) yang menanyakan kabar dan meminta bantuan untuk memberikan sumbangan kepada korban merapi yang merupakan gabungan donatur teman-teman yang bekerja di Amrik sono. Mas Hari namanya. Uangnya nanti akan dikirim ke sodaranya yang ada di JOgja, nanti aku yang kesana untuk membantu menghabiskan (dihabiskan buat sumbangan maksudnyaaaa) :D
Minggu, 28 November 2010.
Setelah sebelumnya berbelanja bersama teman-teman laskar Relawan Jogja, yang akhirnya kupilih sebagai partnerku dalam rangka kegiatan sosial ini, dipimpin Mbak Budi, yang ditemani Pak Sarjiyo, Pak Bakrie, serta teman-teman Excode Band, kita berangkat menuju daerah Srumbung, Muntilan, Magelang. 4 tempat tujuan sudah terencana dimana kita mau mengedrop bantuan, diantaranya Semawungan, Surodadi, Cempan, Kaliurang, Kecamatan Srumbung yang terakhir merupakan desa salah satu mahasiswa Amikom.Acara dari pagi sampai sore itu alhamdulillah lancar. dengan 4 armada, yaitu 2 armada pickup untuk mengangkut beras 7 kwintal serta bahan makanan sebanyak 6,5 jutaan (hmm.. 1 pickup penuh). Sejak awal berencana bersih-bersih beberapa kebun, rumah atau jalan warga akhirnya tidak jadi karena hujan mengguyur duluan (hehe, asyik, ga jadi capek) xD. Bicara soal keadaan di desa tersebut, konon ternyata daerah Srumbung merupakan penghasil buah Salak terbesar se-Indonesia. tapi tragis karena pohon-pohon salak yang hanya bisa hidup di daerah pegunungan harus rusak oleh terjangan abu merapi. karena curah hujan yang tinggi pula akhirnya pohon tersebut harus tumbang karena tidka kuat menahan abu yang mengandung air (lumpur) di tiap dahan & daunnya. Beberapa sungai pun terlihat rusak serta banyak tanggul serta jembatan yang amblas diterjang lahar dingin Merapi. Namun sebagian besar masyarakat sudah kembali menunaikan aktivitasnya, kecuali untuk petani salak. Pemerintah pun ternyata sudah merencanakan untuk membiayai sebesar 1000 Rupiah per-tanaman kepada masyarakat yang membersihkan lahan salaknya sendiri.. :D
Keadaan disono |
Alhamdulillah, Allah masih memberikan kepercayaan padaku lewat mas Hari. Terima kasih buat pak Sutikno dan keluarga, teman-teman yang membantu, mbak Yati (hehe), utamanya keluarga Boaz Excode, Pak Jiyo Amikom, Banu siaul, Aby yang imoet, Fian yang udah terlihat anak kelas 3 SMP, serta semua pihak yang terlibat.. *kayak pidato RT aja* Chayooo!!!
Perjalanan part 2 akan segera menyusul.. :D
Komentar
Posting Komentar
Tinggalkan komentar Anda, sopan, rapi, pake dasi #eh